Antisipasi Gempa Bumi ini merupakan bagian pertama dari “Antisipasi & Rencana Pemulihan Gempa Bumi” (Disaster — Earthquake — Code : BLACK / Hitam)
Prinsip & Catatan Penting :
- Antisipasi dan tindakan pencegahan harus melibatkan seluruh sumber daya yang ada sebagai kunci pengamanan dan keamanan unit bisnis secara keseluruhan.
- Aktivitas kegempaan di indonesia berkategori cukup tinggi dan relatif sulit diprediksi. Teknik untuk meramal gempa bumi sampai sekarang belum ada yang bisa dipertahankan secara ilmiah, sehingga kita perlu mempersiapkan diri, lingkungan dan bangunan terhadap gempa bumi.
- Gempa bumi (termasuk bencana tsunami) dengan segala dampaknya, haruslah tetap diantisipasi CMRT (Crisis Management Response Team), guna menghindari gangguan opersional dan kerugian yang lebih besar. Gempa bumi sebagai proses alami tidak harus menimbulkan bencana atau korban, dan resikonya harus mampu kita minimalkan.
Pengantar :
Indonesia merupakan negara kepulauan yang menjadi tempat pertemuan empet lempeng tektonik bumi, yaitu : lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Filipina. Posisi geodinamik serta interaksi keempat lempeng tersebut menempatkan negera ini sebagai wilayah yang mempunyai aktivitas kegempaan dan vulkanik tinggi.
Sejak 1990, hampir setiap satu-dua tahun terjadi gempa bumi dengan skala medium sampai sangat besar. Peta aktivitas gempa bumi menunjukkan bahwa aktivitas seismik (gempa) di Indonesia umumnya tinggi hampir di semua pulau, dengan catatan bahwa setiap pulau mempunyai tingkat aktivitasnya masing-masing. Karena itu perlu kita sadari bahwa hidup di daerah aktif gempa perlu diwaspadai dengan berbagai persiapan.
Khusus untuk kota-kota di pinggir pantai, secara umum jika tidak terjadi sesuatu dalam dua hingga tiga jam, kemungkinan terburuk terjadinya tsunami sudah lewat. Namun terus memantau peringatan atau informasi dari BMKG adalah tindakan yang paling tepat dan bijaksana
Kelas Gempa :
a. < 5 Skala Reicher : Kecil
b. 5–6,4 Skala Reichter : Sedang (Moderat)
c. > 6,4 Skala Reichter : Besar (Kuat)
d. > 7,4 Skala Reichter : Sangat Besar (Mayor)
Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG
SIG adalah Skala Intensitas Gempabumi. Skala ini menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya gempabumi. Skala Intensitas Gempabumi (SIG-BMKG) digagas dan disusun dengan mengakomodir keterangan dampak gempabumi berdasarkan tipikal budaya atau bangunan di Indonesia. Skala ini disusun lebih sederhana dengan hanya memiliki lima tingkatan yaitu I-V.
SIG-BMKG diharapkan bermanfaat untuk digunakan dalam penyampaian informasi terkait mitigasi gempabumi dan atau respon cepat pada kejadian gempabumi merusak. Skala ini dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk dapat memahami tingkatan dampak yang terjadi akibat gempabumi dengan lebih baik dan akurat.
TIDAK DIRASAKAN (Not Felt / Putih) : Tidak dirasakan atau dirasakan hanya oleh beberapa orang tetapi terekam oleh alat.
- I MMI — Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang
- II MMI — Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
DIRASAKAN (Felt / Hijau) : Dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar.
- III MMI — Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
- IV MMI — Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
- V MMI — Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
KERUSAKAN RINGAN (Slight Damage / Kuning) : Bagian non struktur bangunan mengalami kerusakan ringan, seperti retak rambut pada dinding, atap bergeser ke bawah dan sebagian berjatuhan.
- VI MMI — Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
KERUSAKAN SEDANG (Moderate Damage / Jingga) : Banyak Retakan terjadi pada dinding bangunan sederhana, sebagian roboh, kaca pecah. Sebagian plester dinding lepas. Hampir sebagian besar atap bergeser ke bawah atau jatuh. Struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai sedang.
- VII MMI — Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
- VIII MMI — Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
KERUSAKAN BERAT (Heavy Damage / Merah) — Sebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat. Rel kereta api melengkung.
- IX MMI — Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
- X MMI — Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
- XI MMI — Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
- XII MMI — Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.
Peran Penting CMRT
Hal penting yang harus disiapkan untuk menghadapi bencana gempa bumi adalah pengamanan barang yang ada di sekitar kita dan area perkantoran. Namun kunci utama yang harus diperhatikan adalah bangunan yang layak dan tahan terhadap gempa bumi, yaitu apabila terjadi gempa bumi maka getaran dan gaya lateral yang terjadi, tidak menyebabkan komponen bangunan tersebut terpisah, tetapi tetap dalam satu kesatuan unit, terikat satu dengan yang lainnya.
Resiko terhadap gempa bumi jelas ada, namun yang sangat perlu kita sadari bersama adalah pencegahan jatuhnya korban karena runtuhan bangunan atau kejatuhan barang dan peralatan perkantoran. Pengertian dan pengetahuan CMRT dan karyawan, lebih ditekankan agar jatuhnya korban bisa dihindari. Dari berbagai studi kegempaan, tingkat kecelakaan terparah disebabkan pada saat gempa terjadi benda-benda jatuh, pecah dan bergeser. Meskipun tidak terjadi kerusakan gedung, terkadang benda-benda didalam gedung tersebut berpotensi bergeser, jatuh dan pecah.
Bahaya yang sering terjadi : pintu keluar dapat tertutup (macet, mengunci, tertutup), lukisan serta kaca berjatuhan dan remuk sehingga membahayakan semua orang yang berada di bawahnya. Bahaya lainnya adalah kebocoran gas dari instalasi gas gedung atau pun instalasi gas tenant yang berada di sekitar Unit Kerja.
Jadi, makin besar kesigapan CMRT dan karyawan atas bencana yang mengancam, maka makin kecil resiko yang dihadapi. Dalam konteks yang lebih luas, makin besar kesiapan lembaga penanggungjawab kebencanaan, sistem pendukung dan masyarakat, maka makin kecil risiko yang dihadapi. Termasuk didalamnya, makin kecil pula dampak biaya sosial ikutan yang menyertainya.
Ilmu Seismologi & Geologi di dunia sangat hebat, namun sampai sekarang belum mampu meramalkan gempa. TAK SEORANG PUN DAPAT MERAMALKAN DIMANA, HARI APA DAN JAM BERAPA AKAN TERJADI GEMPA.
FEMA (Federal Emergency Management Agency) merekomendasikan TIGA LANGKAH SAAT TERJADI GEMPA : DROP (Jatuhkan Badan) — COVER (Berlindung) — HOLD ON (Pegangan Kuat).